Rabu, 22 Juli 2009

Retorika

Pengantar Retorika


Definisi dan Tujuan Retorika :

(rethoric) biasanya disinonimkan dengan seni atau kepandaian berpidato, sedangkan tujuannya adalah, menyampaikan fikiran dan perasaan kepada orang lain

agar mereka mengikuti kehendak kita

Menurut Aristoteles, Dalam retorika terdapat 3 bagian inti yaitu :
1- Ethos (ethical) : Yaitu karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara ia berkomunikasi
2- Pathos (emotional) : Yaitu perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatan “Psikologi massa”.
3- Logos (logical) : Yaitu pemilihan kata atau kalimat atau ungkapan oleh pembicara

Menurut Kenneth Burke, bahwa setiap bentuk-bentuk komunikasi adalah sebuah drama. Karenanya seorang pembicara hendaknya mampu ‘mendramatisir’ keadaan khalayaknya. (Dramaturgical Theory)
Menurut Walter Fisher, bahwa setiap komunikasi adalah bentuk dari cerita (storytelling). Karenanya, jika kita mampu bercerita sesungguhnya kita punya potensi untuk berceramah. (Narrative Paradigm)

Tokoh-tokoh Podium

* HOS TjokroaminotoIr.
* Soekarno
* Adolf Hitler
* Benito Musollini
* Napoleon Bonaparte
* Dll.

Macam-macam Pidato
1. Pidato Ilmiah
2. Pidato Ritual Keagamaan (khutbah, kebaktian, dll)
3. Pidato di Pengadilan (Jaksa, Pembela)
4. Ceramah Umum
5. Kuliah/ mengajar
6. Diskusi
7. Seminar
8. Pidato Politik

Unsur Pesan Komunikasi
Seorang komunikator menyampaikan pesan-pesan melalui :

1. Pesan Linguistik
Untuk menyampaikan pesan bahasa tertentu kita harus menguasai:

* Fonologi (mengujarkan bunyi kata)
* Sintaksis (membentuk kalimat)
* Semantik (memahami kata atau gabungan kata)
* Memahami secara konseptual tentang dunia kita dan dunia yang kita bicarakan
* Mempunyai sistem kepercayaan untuk menilai apa yang kita dengar

2. Pesan Nonverbal memiliki fungsi :

* Repetisi – mengulang kembali bahasa verbal
* Subtitusi – mennggantikan bahasa verbal
* Kontradiksi – menolak pesan verbal
* Komplemen – melengkapi pesan verbal
* Aksentuasi – menegaskan pesan verbal

Ada enam jenis pesan non verbal :

1. Kinesik (gerak tubuh) : fasial, gestural,
2. posturalParalinguistik (suara)
3. Proksemik (penggunaan ruang sosial atau personal)
4. Olfaksi (penciuman)
5. Sensitivitas kulit
6. Artifaktual (pakaian dan kosmetik)

Struktur Pesan
Secara umum setiap pesan yang secara sengaja disampaikan melalui Pidato terdiri atas :
1. Pendahuluan
1. Salam
2. Penyampaian kepada hadirin
3. Maksud atau tujuan
2. Materi
1. Pendekatan awal (kisah, menyampaikan data, dll.)
2. Pertanyaan atau mengemukakan inti masalah
3. Pembahahasan
3. Penutup
1. Kesimpulan
2. Himbauan

Ucapan Salam Kepada Hadirin
1. Tujuan hadirin perlu diranking berdasarkan status dan kaitannya dengan acara
2. Orang-orang penting hendaknya disebutkan secara khusus
3. Tidak semua acara memerlukan penyebutan secara bertahap dan rinci.

Maksud dan Tujuan
Maksud, tujuan atau bahkan judul ceramah seringkali perlu diutarakan dengan jelas.

Materi atau Isi Pidato secara umum

1. Akar tunggang Judul yang aktual
2. Batang Logika yang konsisten
3. Cabang/ranting Kerangka yang sistematis
4. Daun Analisa yang logis
5. Bunga Variasi, humor, pepatah, puisi, dll.
6. Buah Berkesimpulan

Bagaimana menutup ceramah ?

* Usahakan menyampaikan kesimpulan pidato dan himbauan yang praktis yang bisa dibawa oleh khalayak untuk dilaksanakan.
* Salam

Mengumpulkan dan menyiapkan Materi Pidato

Sumber Materi :

1. Kitab Suci & Sumber-sumber sejenis lainnya
2. Kisah-kisah yang relevan dengan topik
3. Berita dan informasi yang lagi aktual
4. Buku-buku ilmu pengetahuan lainnya
5. Kamus dan dictionary
6. Hasil laporan penelitian, data-data, dan referensi lainnya
7. Teknologi informatika (web/ blog/ online sources)

Memilih topik dan judul :

* Seberapa urgen judul yang sesuai dengan waktu dan situasi ?
* Judul sebaiknya berupa kalimat sempurna (affermative statement)
* Apakah waktu yang tersedia sesuai dengan cakupan judul yang dipilih ?
* Apakah audiens yang hadir cocok dengan cakupan judul yang dipilih ?
* Apakah cara pemaparan dan pengambilan kesimpulan dengan metode induksi atau deduksi ?
* Apa yang dapat dibawa oleh khalayak ?

Pendahuluan pidato haruslah :

1. Padat
2. Gaya bahasa menarik
3. Menghindari “Redundancy”
4. Diluar dugaan (surprise)
5. Bagaikan Iklan

Materi pidato

* Materi jangan terlalu luas
* Jangan berharap orang lain (khalayak) langsung mengerti
* Satu segi saja
* Cara lebih dipentingkan dari isi

Keberhasilan penceramah dalam menyampaikan pesan:

1. Mengetahui secara detail sesuatu yang dibahas terutama yang menyangkut masalah ilmiah dan mengandung masalah yang interpretable dan debateable. Jika tidak sampaikan gagasan yang bersifat ‘informatif’ saja.
2. Sampaikan dengan ikhlas dan tulus yang muncul dari tanggungjawab pribadi.
3. Ungkapkan dengan bahasa yang sopan, bijaksana dan santun
4. Terus menerus dalam menyampaikan pesan kebenaran dan jangan bosan-bosan. Bersabarlah untuk memdapatkan hasil yang diinginkan
5. Mulailah apa yang dikatakan didepan hadirin pada diri sendiri

Persiapan Pidato

* Pakaian sederhana
* Keadaan fisik yang mantap edan sehat
* Materi disiapkan, bila perlu didiskusikan terlebih dahulu
* Bagi pemula, upayakan berlatih dahulu
* Materi harus dipilih yang penting dan mendesak
* Jangan mengharap ‘salam tempel’ dan ‘pujian’
* Jangan pidato kalau sakit, pikiran kacau, lapar, atau haus

Saat berpidato, perlu diperhatikan

* Sikapnya
* Air mukanya
* Pakaiannya
* Ucapannya, harus fasih (khususnya Bahasa Asing)
* Gerak geriknya
* Tata rias/ make-up nya

Senjata Pidato

* Doa
* Pepatah
* Humor/lelucon
* Semangat berapi-api
* Syahdu
* Lagu-lagu
* Alat peraga

Apabila audiens banyak, maka :

* Volume suara tambah keras
* Tekanan/nada suara tinggi
* Tempo harus lambat
* Bahasa harus awam (dimengerti umum)
* Logikanya sederhana
* Semangatnya tinggi

Penutup pidato

* Kalimat kunci sebagai simpulan (harapan dan penekanan)
* Pepatah yang akan diingat khalayak
* Usahakan agar audiens penasaran

GAYA KOMUNIKASI LAINNYA

Persuasi

1. Persuasi adalah “cara untuk mengubah sikap dan prilaku orang dengan menggunakan kata-kata lisan dan tertulis” (McGuire).
2. Persuasi adalah “menanamkan opini baru” (Hovland).
3. Persuasi adalah “usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau perilaku orang melalui transmisi pesan” (Bettinghaus).
4. Persuasi adalah ”suatu proses timbal balik yang didalamnya komunikator, dengan sengaja atau tidak, menimbulkan perasaan responsif pada orang lain”(Nimmo)

Propaganda

1. Propaganda adalah pesan yang melibatkan simbol-simbol yang mencakup empat hal. Pertama, interaksi simbolik atau pesan-pesan politik yang digambarkan lewat lambang. Kedua, menggunakan pesan-pesan politik yang didramatisir sedemikian rupa sehingga memberikan kepuasan pribadi dan dampak tidak langsung. Ketiga, Penggunaan psikolinguistik yakni penggunaan bahasa tertentu yang memiliki dampak psikologis. Dan keempat, Penggunaan sosiolinguistik yaitu penggunaan bahasa yang memiliki dampak sosiologis tertentu.
2. Ellul membedakan propaganda vertikal dan horizontal. Yang pertama adalah transmisi dari satu kepada banyak dan terutama mengandalkan media massa bagi penyebaran imbauannya. Sedangkan propaganda horizontal bekerja lebih diantara keanggotaan kelompok ketimbang dari pemimpin kepada kelompok, lebih banyak melalui komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi daripada menggunakan komunikasi massa.
3. Nimmo menyarankan, supaya persuasi dan propaganda berhasil dengan baik, maka perlu diperhatian secara khusus prinsip-prinsip umum berikut yang dianalisis dari penelitian mengenai pengaruh komunikator terhadap keberhasilan usaha persuasif. Unsur-unsur itu adalah :

1. status komunikator
2. kredibilitas komunikator
3. daya tarik komunikator
4. isi pesan
5. struktur pesan
6. pemilihan media yang digunakan secara tepat.

Ketertarikan khalayak terhadap Pesan yang dipakai

* Topik (pesan) yang dibahas
* Cara penyampaian
* Teknik-teknik mengembangkan pokok bahasan
* Bahasa yang dipakai
* Organisasi pesan yang dipakai
* Situasi yang dihadapi (setiap khalayak memiliki kondisi yang unik)
* Keahlian (profesionalitas)
* Kejujuran

Peran Komunikasi Antar budaya

Peran-Peran dalam Komunikasi Antaretnik Dayak dan Madura

W

Pascaperang Suku 1996 – 2000 di Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalimantan Barat

The roles in intercultural communication between Dayak and Madurese
after tribal dash1996 - 2000 in Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalimanta

Keetnikan merupakan salah satu ciri kehidupan sosial manusia yang universal, dalam artian bahwa semua anggota etnik mempunyai cara berpikir dan pola perilaku tersendiri sesuai dengan etniknya masing-masing. Satu etnik dengan etnik lainnya akan berbeda, dan tidak dapat dipaksakan untuk menjadi sama seutuhnya. Perbedaan tersebut justru sebenarnya sebuah kekayaan, keberagaman yang dapat membuat hidup manusia menjadi dinamis serta tidak membosankan.

Banyaknya konflik antaretnik di Indonesia mengindikasikan gejala bahwa budaya yang berbeda pada masing-masing etnik, khususnya dalam konteks komunikasi antaretnik, cenderung menjadi hambatan dan penyebab gagalnya komunikasi antaretnik, seperti stereotip, saling curiga, dan saling tidak percaya. Konflik antaretnik tersebut tidak terlepas dari suatu bentuk kesalahan pelaksanaan komunikasi yang dilakukan antaretnik.


Salah satu konflik yang menelan begitu banyak korban jiwa manusia dan menjadi konflik berkepanjangan adalah Perang Suku yang terjadi di Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalimantan Barat. Penulis menggunakan kata “Perang Suku” merujuk pada nama yang diberikan masyarakat kepada konflik antaretnik tersebut, yakni “Perang Suku”.

Konflik antaretnik di Kalimantan Barat, yakni Dayak versus Madura “episode paling akhir” bermula sejak tahun 1996. Konflik mencapai puncaknya pada tahun 1999 dan 2000 dengan korban jiwa terbunuh sangat kejam; harta benda dan hak milik musnah dibakar, dijarah, atau dirusak; dan ratusan ribu jiwa dari etnik Madura masih terlunta sebagai pengungsi di berbagai tempat (Singkawang, Pontianak, Surabaya, dan Pulau Madura).

Selama perang suku terjadi, komunikasi antara Etnik Dayak dan Etnik Madura terputus sama sekali, atau bahkan dapat dikatakan “tidak ada komunikasi”. Tidak adanya komunikasi ini terjadi karena Etnik Dayak dan Etnik Madura “tidak bisa bertemu”. Jika terjadi pertemuan, maka yang kemudian terjadi adalah saling bunuh di antara keduanya.

Tidak terjalinnya komunikasi antaretnik Dayak dan Etnik Madura ini berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang yakni sepanjang Perang Suku (1996-2000). Namun, saat ini konflik antaretnik Dayak dan Etnik Madura sudah reda. Penyerangan-penyerangan massal antaretnik yang bertikai tersebut sudah tidak terjadi dan suasana berangsur-angsur kembali damai, meski di beberapa daerah, Etnik Madura masih benar-benar ditolak kedatangannya. Beberapa orang Madura yang mencoba pulang kampung untuk menengok bekas rumah atau kebunnya, ternyata tidak pernah kembali (dengan kata lain : dibunuh).

Tidak semua daerah yang telah diduduki Etnik Dayak “menolak mentah-mentah” kehadiran Etnik Madura. Di lokasi-lokasi tertentu, khususnya di Kabupaten Bengkayang, Etnik Dayak yang sudah “mengizinkan” orang dari Etnik Madura untuk masuk ke daerahnya. “Mengizinkan” disini bukan berarti dalam bentuk tertulis, namun mereka sudah boleh masuk ke wilayah Etnik Dayak dan tidak dianiaya atau dibunuh oleh Enik Dayak.

Salah satu wilayah di Kabupaten Bengkayang yang sudah boleh dimasuki oleh Etnik Madura adalah Kecamatan Monterado. Dahulu tempat ini termasuk ke dalam Kecamatan Samalantan Kabupaten Sambas. Wilayah ini merupakan salah satu wilayah di mana Perang Suku paling banyak menelan korban jiwa. Tidak ada catatan resmi tentang jumlah pasti korban jiwa, namun menurut keterangan Briptu Musadad[2], sekitar 200 rumah dibakar hingga tak bersisa dan korban jiwa mencapai ratusan orang. Suku Madura yang tersisa hampir seluruhnya mengungsi ke Singkawang. Mereka tinggal di Desa Munggu Pancung Kecamatan Roban Kotamadya Singkawang.

Jarak antara tempat pengungsian Etnik Madura di Kecamatan Roban dengan Kecamatan Monterado, yang saat ini diduduki oleh Suku Dayak, tidak terlalu jauh, yakni sekitar 20 km. Karena itu, mobilitas antara dua tempat ini juga tidak terlalu sulit. Apalagi kondisi jalan juga sangat kondusif. Saat ini, mereka (Etnik Madura dan Etnik Dayak) sudah merajut kembali komunikasi yang terputus pada saat Perang Suku berkecamuk. Terajutnya kembali jalinan komunikasi ini tentu merupakan suatu titik awal yang baik dan diharapkan dapat memperbaiki hubungan yang selama ini terputus. Sebagai konsekuensinya, komunikasi yang baru terjalin ini memunculkan peran-peran yang diperlukan agar komunikasi dapat berjalan lancar. Peran-peran apa yang terdapat dalam komunikasi tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui guna membantu terjalinnya keharmonisan dalam hubungan kedua belah pihak.

Berlatarbelakangkan paparan kondisi tersebut, penulis melakukan sebuah penelitian untuk mencari jawaban tentang seperti apa peran-peran yang ada dalam komunikasi antaretnik Dayak dan Etnik Madura setelah konflik yang terjadi di antara mereka, yang hasilnya peneliti tuangkan dalam tulisan ini.

Untuk mengungkap peran-peran yang ada dalam komunikasi antara anggota Suku Dayak dan Suku Madura Pascaperang Suku, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tradisi penelitian fenomenologis. Hal ini karena salah satu karakter penelitian kualitatif fenomenologis adalah melakukan pengamatan dan berinteraksi dengan subyek penelitian untuk berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka atas dunianya. Studi dengan pendekatan fenomenologis berupaya untuk menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala, termasuk di dalamnya konsep diri atau pandangan hidup mereka sendiri. Hal ini seperti dikatakan oleh Cresswell (1998:51) : “a phenomenological study describes the meaning of life experiences for several individuals about a concept or the phenomenon”. Selain itu, paradigma ini mengharuskan para peneliti untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikan rupa sehingga penulis mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari (Moleong, 1993:9). Ini berarti penelitian dengan pendekatan fenomenologi mengambil latar tempat dan waktu yang alamiah. Dengan semua ciri pendekatan fenomenologi tersebut, maka akan didapatkan data-data holistik tentang peran-peran dalam komunikasi Suku Dayak dan Suku Madura Pascaperang Suku.

Muhadjir menyebutkan ada enam model pendekatan dalam fenomenologi, yaitu : model interpretif Geertz, model grounded research, model ethnographik – ethnometodologik, model paradigma naturalistik, model interaksionisme simbolik, dan model konstruktivist (2000:119-188). Sementara Robert Bogdan dan Steven J. Taylor menyebutkan ada dua pendekatan utama dalam tradisi fenomenologis, yaitu interaksionisme simbolik dan etnometodologi[3].

Dari beberapa cabang tradisi fenomenologi tersebut, penulis menggunakan model interaksionisme simbolik. Model ini sesuai dengan fokus penelitian, karena proposisi paling mendasar dari interaksionisme simbolik adalah bahwa perilaku dan interaksi manusia itu dapat diperbedakan karena ditampilkan lewat simbol dan maknanya. Mencari makna di balik yang sensual adalah sesuatu yang penting dalam interaksionisme simbolik (Muhadjir, 2000:183).

Untuk mengumpulkan data tentang fenomena komunikasi antara Suku Dayak dan Suku Madura pascaperang suku ini digunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumentasi.

Peran – Peran Mendasar

Etnik Dayak dan Etnik Madura dalam komunikasinya menjalankan peran yang harus mereka mainkan. Peran adalah ekspektasi yang didefinisikan secara sosial yang dimainkan seseorang dalam suatu situasi untuk memberikan citra tertentu kepada khalayak yang hadir (Mulyana, 2004:109). Termasuk dalam berkomunikasi, baik Etnik Dayak dan Etnik Madura haruslah berperilaku bergantung pada peran sosialnya dalam situasi tertentu.

Pada penelitian ini, penulis akan membeberkan peran-peran yang disandang oleh Etnik Dayak dan Etnik Madura, serta pihak lain yang turut berperan dalam komunikasi mereka. Peran-peran ini penulis dapatkan dari hasil observasi.

Ada tiga peran mendasar dalam teori Goffman, setiap jenisnya berhubungan dengan tipe informasi yang berbeda. Tiga peran tersebut adalah performer, audience, dan outsider. Performer yakni aktor, yang berperan baik di panggung depan maupun panggung belakang. Mereka menyadari adanya kesan yang mereka kembangkan dan memiliki informasi mengenai pertunjukkan yang mereka tampilkan. Dalam komunikasi antara Etnik Dayak dan Etnik Madura ini yang menjadi performer adalah Etnik Dayak dan Etnik Madura itu sendiri. Ketika berkomunikasi mereka secara timbal balik menjadi performer. Saat Etnik Dayak menjadi performer, ia juga menjadi audience. Demikian pula sebaliknya dengan Etnik Madura. Saat berperan menjadi performer di depan Etnik Dayak, ia juga menjadi audience yang menonton performance Etnik Dayak. Saat menjadi performer mereka mengembangkan kesan dan informasi untuk menciptakan atau mengontrol persepsi pada lawan bicara. Sebaliknya, ketika menjadi audience mereka dapat melihat apa yang ditampilkan oleh lawan bicara mereka.

Selain terdapat performer dan audience, dalam komunikasi antaretnik Dayak dan Madura ini juga terdapat outsider. Outsider adalah mereka yang mengetahui rahasia pada aktor ataupun realitas yang mereka kembangkan. Siapakah outsider dalam komunikasi antaretnik ini ? Yang dapat dikatakan sebagai outsider adalah mereka yang bukan Etnik Dayak maupun Madura namun hidup bersama dengan Etnik Dayak atau Etnik Madura. Mereka adalah anggota etnik lain yang menikah dengan Etnik Dayak ataupun Etnik Madura. Etnik lain yang menikah dengan Etnik Dayak adalah Lina (etnik Melayu berusia 21 tahun), sedangkan yang menikah dengan etnik Madura adalah Saryah (etnik Melayu berusia 23 tahun).

Pihak lain yang juga dapat dikatakan sebagai outsider adalah para penjamin. Penjamin adalah Etnik Dayak yang memberikan jaminan kepada suku Madura bahwa mereka tidak akan dicelakai oleh Orang Dayak ketika berada di Kecamatan Monterado. Para penjamin ini adalah orang-orang yang membutuhkan tenaga kerja dari Etnik Madura. Salah satu diantara para penjamin tersebut adalah Inis, pemilik pertambangan batu.

Pihak lainnya yang dapat dikatakan sebagai outsider adalah etnik lain yang menyaksikan komunikasi etnik Dayak dan etnik Madura, namun mereka juga mengetahui perilaku komunikasi kedua etnik tersebut saat sedang tidak berhadapan dalam sebuah komunikasi atau ketika informan dari etnik Dayak dan Madura tersebut sedang berkomunikasi dengan etnik lain. Mereka adalah Mawar, Ela, Bu Ade, dan Hasan, yang intensif berkomunikasi dengan kedua etnik tersebut.

Peran-peran yang ada dalam komunikasi antaretnik Dayak dan Madura ini dapat dipecah lagi menjadi beberapa peran yaitu peran yang berhubungan dengan manipulasi informasi dan batasan kelompok, peran yang berhubungan dengan memfasilitasi interaksi antara dua tim, dan peran yang mencampur wilayah depan dan belakang

Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi Lintas Budaya

Mengapa kita mempelajari Komunikasi Lintas Budaya?

1. untuk menghindari gegar budaya

2. untuk menghindari kesalahpahaman

3. untuk mengindari pertentangan

Ciri-ciri budaya :

- budaya bukan bawaan tetapi dapat dipelajari

- budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, kelompok ke kelompok dan dari generasi ke generasi.

- budaya berdasarkan symbol

- budaya bersifat dinamis, suatu system yang terus berubah sepanjang waktu

- budaya bersifat selektif, mereprentasikan pola-pola perilaku pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas

- berbagai unsur budaya saling berkaitan

- etnosentrisme.



DEFINISI KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA (KLB) :

Suatu proses pengiriman pesan yang dilakukan oleh anggota dari suatu budaya tertenti kepada anggota lainnya dari budaya lain

Komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya.